ProgramPengerahan Tenaga Mahasiswa dinilai sangat berhasil Hal itu dibuktikan. Program pengerahan tenaga mahasiswa dinilai sangat. School Atma Jaya University, Yogyakarta; Course Title MANAGEMENT 1111; Uploaded By vaniayosiano31313. Pages 38

Romusha yaitu kerja paksa yg dibuat oleh negara jepang untuk membuat rakyat indonesia bekerja secara paksa Pada masa penjajahan jepang disebut romusha

Rakyatmenerima perlakuan yang kejam. Kerja paksa itu dikenal dengan sebutan Kerja Rodi dan Romusha. Kerja Rodi Arti kerja rodi. Pengerahan paksa tenaga manusia dalam pembangunan sarana dan prasarana umum pada masa pemerintahan Hindia Belanda disebut kerja rodi. Banyak pekerja yang sangat menderita, kelelahan, kelaparan, kurus, miskin
Romusha adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Mereka dipekerjakan di lingkungan pembangunan kubu-kubu pertahanan, jalan raya, lapangan udara. Pada awalnya, tenaga kerja dikerahkan di Pulau Jawa yang padat penduduknya, kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa sebagai sarana propaganda. Panitia pengerahan tersebut disebut Romukyokai, yang ada di setiap daerah. Pada awalnya, rakyat Indonesia melakukan tugas romusa secara sukarela, sehingga Jepang tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh tenaga. Sebab, rakyat sangat tertarik dengan propaganda tentara Jepang sehingga rakyat rela membantu untuk bekerja apa saja tanpa digaji. Romusa sukarela terdiri atas para pegawai yang bekerja tidak digaji selama satu minggu di suatu tempat yang penting. Lama-kelamaan karena kebutuhan yang terus meningkat di seluruh kawasan Asia Tenggara, pengerahan tenaga yang bersifat sukarela ini oleh pemerintah Jepang diubah menjadi sebuah keharusan dan paksaan. Pada periode itu sudah sekitar tenaga romusa dikirim ke luar Jawa, bahkan sampai ke luar negeri seperti ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya. Rakyat Indonesia yang menjadi romusa itu diperlakukan dengan tidak senonoh, tanpa mengenal peri kemanusiaan. Kesehatan mereka tidak terurus. Tidak jarang di antara mereka jatuh sakit bahkan mati kelaparan. Perang Melawan Jepang Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadi kebencian sehingga timbul berbagai perlawanan. Perlawanan di Aceh Salah satu perlawanan terhadap Jepang di Aceh adalah perlawananan rakyat yang terjadi di Cot Plieng yang dipimpin oleh Abdul Jalil. Perlawanan ini disebabkan karena melihat kekejaman dan kesewenangan pemerintah pendudukan Jepang, terutama terhadap romusa. Jepang berusaha membujuk Abdul Jalil untuk berdamai. Namun, Abdul Jalil bergeming dengan ajakan damai itu. Karena Abdul Jalil menolak jalan damai, pada tanggal 10 November 1942, Jepang mengerahkan pasukannya untuk menyerang Cot Plieng. Serangan Jepang untuk yang ketiga kalinya berhasil menghancurkan pertahanan rakyat Cot Plieng, setelah Jepang membakar masjid, namun Abdul Jalil dan beberapa pengikutnya berhasil meloloskan diri ke Buloh Blang Ara. Saat Abdul Jalil dan pengikutnya sedang menjalankan sholat, mereka ditembaki oleh tentara Jepang sehingga Abdul Jalil gugur sebagai pahlawan bangsa dalam pertempuran ini, Perlawanan di Singaparna Rakyat Singaparna sangat benci terhadap pendudukan Jepang karena kebijakan-kebijakan Jepang yang diterapkan tidak sesuai dengan ajaran Islam ajaran yang banyak dianut oleh masyarakat Singaparna. Pengerahan tenaga romusa dengan paksa dan di bawah ancaman ternyata sangat mengganggu ketenteraman rakyat. Secara khusus rakyat Singaparna di bawah Kiai Zainal Mustafa menentang keras untuk melakukan seikeirei. Seikerei adalah Memberi penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit. Itulah sebabnya rakyat Singaparna mengangkat senjata melawan Jepang. Perlawanan meletus pada bulan Februari, 1944, sebelum perang ada beberapa utusan dari kepolisian Tasikmalaya dan beberapa orang Indonesia yang ingin mengadakan perundingan dengan Zainal Mustafa. Namun, polisi Jepang itu dilucuti senjatanya dan ditahan oleh pengikut Zainal Mustafa. Setelah kejadian ini, Jepang mengirimkan pasukan ke Sukamanah, yang terdiri dari 30 orang kempetai dan 60. orang polisi negara istimewa tokubetsu keisatsu dari Tasikmalaya dan Garut. Karena jumlah pasukan yang lebih besar dan peralatan senjata yang lebih lengkap, tentara Jepang berhasil mengalahkan pasukan Zainal Mustafa. Kiai Zainal Mustafa ditangkap Jepang bersama gurunya Kiai Emar. Selanjutnya Kiai Zainal Mustafa bersama 27 orang pengikutnya diangkut ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober 1944, mereka dihukum mati. Sementara Kiai Emar disiksa oleh polisi Jepang dan akhirnya meninggal. Perlawanan di Indramayu Para petani dan rakyat Indramayu pada umumnya hidup sangat sengsara. Jepang telah bertindak semena-mena terhadap para petani Indramayu. Mereka harus menyerahkan sebagian besar hasil padinya kepada Jepang. Perlawanan rakyat Indramayu antara lain terjadi di Desa Kaplongan, Distrik Karangampel pada bulan April 1944. Kemudian pada bulan Juli, muncul pula perlawanan rakyat di Desa Cidempet, Kecamatan Lohbener. Rakyat Kalimantan Angkat Senjata Salah satu perlawanan di Kalimantan adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma, seorang pemimpin Suku Dayak. Pang Suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan terhadap Jepang dengan taktik perang gerilya. Adanya mata-mata membuat perlawanan para pejuang Indonesia dapat dikalahkan oleh penjajah. Para mata-mata itu juga tidak segan-segan menangkap rakyat, melakukan penganiayaan, dan pembunuhan. Perlawanan Rakyat Irian Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah “Gerakan Koreri” yang berpusat di Biak dengan pemimpinnya bernama L. Rumkorem. Mereka melakukan taktik perang gerilya. Tampaknya, Jepang cukup kewalahan menghadapi keberanian dan taktik gerilya orang-orang Irian. Akhirnya, Jepang tidak mampu bertahan menghadapi para pejuang Irian tersebut. Jepang akhirnya meninggalkan Biak. Oleh karena itu, dapat dikatakan Pulau Biak ini merupakan daerah bebas dan merdeka yang pertama di Indonesia. Dari Biak perlawanan kemudian ke Yapen Selatan yang dipimpin Silas Papare. Setelah berjuang bergerilya dalam waktu yang sangat lama, rakyat Yape Selatan mendapatkan bantuan senjata dari Sekutu, bantuan senjata itu membantu rakyat Yape Selatan untuk mengalahkan Jepang. Hal tersebut menunjukkan bagaimana keuletan rakyat Irian dalam menghadapi kekejaman pendudukan Jepang. Peta di Blitar Angkat Senjata Perlawanan terhadap Jepang di Blitar dipimpin oleh Supriyadi seorang Shodanco Peta. Sebagai komandan Peta, Supriyadi cukup memahami bagaimana penderitaan rakyatnya. Supriyadi dengan teman-temannya melancarkan serangan terhadap pihak Jepang. Pada tanggal 29 Februari 1945 dini hari. Untuk menghadapi perlawanan Peta di bawah pimpinan Supriyadi, Jepang mengerahkan semua pasukannya. Melihat semangat, tekad, dan keuletan pasukan Supriyadi dan Muradi tersebut, maka Jepang mulai menggunakan tipu muslihat. Komandan pasukan Jepang Kolonel Katagiri pura-pura menyerah kepada pasukan Muradi. Kolonel Katagiri berhasil mengadakan persetujuan dengan mereka. Para pemuda Peta yang melancarkan serangan bersedia kembali ke daidan beserta senjata-senjatanya. Pada suatu hari kira-kira pukul delapan malam Shodanco Muradi tiba bersama pasukannya kembali ke daidan. Mereka tidak menyadari bahwa telah masuk perangkap, karena dari tempat-tempat yang gelap pasukan Jepang telah mengepung mereka. Mereka kemudian dilucuti senjatanya dan ditawan, diangkut ke Markas Kempetai Blitar Meskipun perlawanan PETA di Blitar itu gagal, namun pengaruhnya sangat besar terhadap perjuangan kemerdekaan selanjutnya. Para pejuang yang ditangkap diadili di Jakarta. Ada yang dihukum mati, ada yang dihukum seumur hidup. Berbagaipenyakit mulai bermunculan, kelaparan merajalela dan angka kematian tinggi. Bayangkan saja, di Wonosobo, pada masa ini, angka kematiannya mencapai 53,7 % dan di Purworejo mencapai 24 %. Setoran-setoran yang harus diserahkan rakyat kepada pemerintah Jepang, berlaku untuk semua lapisan masyarakat, termasuk kaum nelayan. Pengerahantenaga rakyat yang sangat menyengsarakan yang dilakukan pemerintah pendudukan jepang disebut. Pengerahan tenaga kerja pada masa pendudukan jepang; Dampak perubahan sosial dan ekonomi yang sangat mencolok (geertz, dalam. Sebagai tenaga yang produktif seperti buruh di perusahaan. Organisasi putera (pusat tenaga rakyat) dan jawa hokokai

Terjadinyapengerahan tenaga kerja secara besar-besaran untuk memenuhi pekerja di perkebunan; Terjadinya eksploitasi tanah secara besar-besaran. Negeri Belanda mencapai kemakmuran yang sangat pesat. Sementara rakyat di negeri jajahan sangat miskin dan menderita. Oleh karena itu, van Deventer mengajukan politik yang diperjuangkan untuk

pengerahan tenaga rakyat yang sangat
Pertudiketahui pula kekhususan mengenai gangguan kesehatan pada masyarakat tenaga kerja, yaitu biasanya efek pe nyakit umum diperburuk lagi oleh faktor-faktor pekerjaan yang tida k mernenuhi syarat-syarat higiene dan kesehatan. Perlunya adanya tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga AuTTEAu.
  • hzy19uxkci.pages.dev/228
  • hzy19uxkci.pages.dev/30
  • hzy19uxkci.pages.dev/472
  • hzy19uxkci.pages.dev/331
  • hzy19uxkci.pages.dev/321
  • hzy19uxkci.pages.dev/21
  • hzy19uxkci.pages.dev/241
  • hzy19uxkci.pages.dev/376
  • pengerahan tenaga rakyat yang sangat