Kemunduranpengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Di bawah ini ada 5 faktor yang mempengaruhi mengapa kerajaan Sriwijaya bisa menjadi besar
Kerajaan Sriwijaya - Srivijaya atau sering disebut Kerajaan Sriwijaya adalah satu dari kerajaan maritim di Pulau Sumatera. Karena merupakan kerajaan maritim, sebagian besar rakyat Kerajaan Sriwijaya hidup dari perdagangan dan pelayaran. Kerajaan Sriwijaya pernah menguasai perairan barat Nusantara terutama Selat Malaka. Kerajaan Sriwijaya memiliki hubungan perdagangan dengan Tiongkok, India, Persia, dan Arab. Oleh karena itu, banyak catatan sejarah yang membahas Kerajaan Sriwijaya berasal dari bangsa atau negara tersebut. Dalam Bahasa Sansekerta, sri berarti bercahaya atau gemilang, sedangkan wijaya memiliki arti kemenangan atau kejayaan. Sehingga secara etimologi, Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang. Kerajaan Sriwijaya memiliki peradaban dan wilayah kekuasaan yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara, India, Thailand dan Malaysia. 1 Kerajaan Sriwijaya menjadi ikon kebesaran Sumatera dan kerajaan besar Nusantara di Jawa Timur selain Majapahit. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi rujukan kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.2 Baca Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Budayawan Betawi Ridwan Saidi Terancam Dipolisikan Baca Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Infografis atau peta jangakauan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-8 Masehi. Panah merah menunjukkan rangkaian ekspedisi dan penaklukan Kerajaan Sriwijaya melalui diplomasi dan pertempuran militer. Kartapranata Lokasi Arkeolog dan sejarawan asal Perancis, George Coedes menemukan berbagai nama Kerajaan Sriwijaya dalam beberapa catatan perjalanan pedagang Tiongkok. Misalnya Sribhoja, San Fo Qi, Javadeh atau Yavadesh, Zabaj, bahkan Bangsa Khmer menyebut Kerajaan Sriwijaya sebagai Malayu. Kerajaan Sriwijaya memiliki daerah kekuasaan membentang dari Nusantara seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, hingga Thailand, Kamboja, dan Semenanjung Malaya. Lokasi Kerajaan Sriwijayai hampir sebagian besar dihubungkan dengan Palembang, Sumatra Selatan. Berdasarkan prasasti maupun sisa permukiman dari Kota Kapur, Talang Tuo, Karang Berahi, Telagabatu, Kedukan Bukit, Boom Baru, Bungkuk, Kambang Purun, mengungkap lokasi Kerajaan Sriwijaya berada di wilayah Palembang termasuk Palas Pasemah di daerah Lampung. Sedangkan menurut Kitab Sejarah Dinasti Song buku 489 960- 1279 Masehi menyebutkan “Raja San-bo-tsai San Fo Qi atau Kerajaan Sriwijaya bertempat tinggal di Chan-pi Jambi, dan di negeri ini banyak nama orang yang dimulai dengan sebutan Pu’.” Pemindahan lokasi Kerajaan Sriwijaya ke Jambi diperkirakan disebabkan oleh serangan Kerajaan Cholamandala, yang dikisahkan pada Prasasti Tanjore 1031. Prasasti tersebut menuliskan tentang Kerajaan Sriwijaya diserang di mana Palembang dihancurkan dan para raja di tangkap serta seluruh sumber kemakmuran dicuri. Meskipun raja bertempat tinggal di Jambi, daerah Palembang masih berada di bawah pengawasan Kerajaan Sriwijaya. Sebuah berita Tionghoa Yingyai Shenglan dari 1416 M menyebutkan, Chiu-kang nama kuno Kerajaan Sriwijaya berada di bawah kekuasaan Chao-wa Jawa. Pada masa tersebut, Kerajaan Sriwijaya melemah dan daerah Palembang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Meskipun lemah, Kerajaan Sriwijaya tetap memiliki hubungan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di Tiongkok. Oleh karena itu, Kerajaan Majapahit marah dan pada 1377 Kerajaan Sriwijaya dihancurkan tanpa sisa. 1 Raja Berikut para raja terkenal dan membuat Kerajaan Sriwijaya mencapai masa kejayaan Raja Daputra Hyang atau Sri Jayanasa 671 Raja Daputra Hyang membuat Kerajaan Sriwijaya melebarkan kekuasaan hingga daerah Jambi. Kisah mengenai Raja Daputra Hyang ditemukan pada Prasasti Kedukan Bukit. Raja Dharmasetu Pada masa kekuasaan Raja Dharmasetu, Kerajaan Sriwijaya telah meluas hingga Semenanjung Malaya. Hal tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya membangun pangkalan di wilayah Ligor. Selain itu, Raja Dharmasetu juga membuat Kerajaan Sriwijaya berhasil menjalin hubungan kerjasama dengan Tiongkok dan India. Raja Balaputra Dewa 860 Raja Balaputra Dewa adalah raja yang menjabat pada abad ke-9 dan mampu membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan terbesar di Nusantara. Kisah dari Raja Balaputra Dewa berasal dari Prasasti Nalanda. Pada masa pemerintahan Raja Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha terbesar di Asia Tenggara. Berkat Raja Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya mampu bekerjasama dengan beberapa kerajaan India seperti Kerajaan Cola dan Nalanda. Balaputra Dewa merupakan putra dari Raja Samaratungga dan Dewi Tara dari Dinasti Syailendra, Kerajaan Sriwijaya. Raja Sri Sudamaniwarmadewa 1044 Pada masa pemerintahan Raja Sri Sudamaniwarmadewa, Kerajaan Sriwijaya mendapatkan serangan dari Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Raja Sanggrama Wijayattunggawarman Pada masa kekuasaan Raja Sanggrama Wijayattunggawarman, ternyata Kerajaan Sriwijaya mendapat serangan dari Kerajaan Cholamandala yang dipimpin oleh Raja Rajendra Chola. Tidak seperti serangan yang terjadi pada masa Raja Sri Sudamaniwarmadewa, Kerajaan Sriwijaya tidak mampu mengalahkan serangan dari Kerajaan Cholamandala. 3 Sosial Budaya Agama Buddha berkembang di Kerajaan Sriwijaya misalnya terdapat ajaran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana. Oleh karena itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pengajaran agama Buddha dan menarik peziarah maupun cendekiawan dari negara-negara di Asia. Cendekiawan tersebut misalnya pendeta Tiongkok, I Tsing, dan cendekiawan asal Benggala benama Atisha. Kerajaan Sriwijaya telah menggunkan koin emas dan perak sebagai alat tukar. Karena menguasai Kepulauan Melayu pada abad 7-9 M, rakyat Kerajaan Sriwijaya juga telah menggunakan bahasa dan kebudayaan Melayu. Sebagai pusat perdagangan Asia Tenggara, Kerajaan Sriwijaya juga bekerja sama dengan para pedagang Timur Tengah. Bahkan Raja Sri Indrawarman memeluk agama Islam pada tahun 718 karena banyak bangsa Arab yang datang ke Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut menjadi cikal bakal berdirinya beberapa Kerajaan Islam di wilayah Sumatera setelah runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Perkembangan agama Islam di Kerajaan Sriwijaya tercatat dalam surat yang dikirimkan para raja ke khalifah Islam di Suriah, Umar bin Abdul Aziz pada 717- 720 M. 3 Harta karun Kerajaan Sriwijaya berupa cincin emas bermotif bunga ditemukan warga di Situs Talang Petai Simpang Tiga, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan Humas OKI Perdagangan Kerajaan Sriwijaya menguasai dan mengendalikan jalur perdagangan antara India dan Tiongkok dengan menguasai Selat Sunda dan Selat Malaka. Bangsa Arab mencatat bahwa Kerajaan Sriwijaya memiliki berbagai macam komoditi seperti emas, timah, gading, pala, cengkeh, kapulaga, kapur barus, dan kayu gaharu. Kekayaan yang dimiliki tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya mendapatkan pengikut setia di wilayah Asia Tenggara.3 Politik Kerajaan Sriwijaya memperkuat kekuasaan wilayah di Asia Tenggara dengan melakukan hubungan diplomasi dengan kekaisaran Tiongkok. Bahkan Kerajaan Sriwijaya dapat menguasai Kerajaan Khmer sejak pertama kali kerajaan tersebut berdiri. Sehingga tidak mengherankan jika bentuk Pagoda Borom terpengaruh dengan gaya arsitektur Kerajaan Sriwijaya. Phra Borom atau Pagoda Borom di Thailand yang memiliki gaya arsitektur yang mirip dengan Kerajaan Sriwijaya Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga memiliki hubungan baik dengan Dinasti Cholamandala di Selat India. Hubungan antara Kerajaan Sriwijaya dengan dinasti tersebut tercatat dalam sebuah prasasti Leiden di mana telah didirikan Vihara Culamanivarmma. Namun, ketika Rajendra Chola I naik tahta, hubungan antara Cholamandala dengan Kerajaan Sriwijaya menjadi buruk pada masa pemerintahan Balaputra Dewa. Hubungan tersebut membaik pada masa pemerintahan Kulothunga Chola I, namun pada masa tersebut Kerajaan Sriwijaya dianggap sebagai bagian dari Dinasti Chola. 3TRIBUNNEWSWIKI/Magi Ashort summary of this paper. 37 Full PDFs related to this paper. Read Paper. SISTEM KEPERCAYAAN KERAJAAN SRIWIJAYA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia I Dosen Pengampu: Mardani, M. Hum. dan Roni E. Nukiman, M. Ag. . Oleh: Fahmi M Lutfi 1145010040 Fitri Anisa 1145010046 Gilang Agus Budiman 1145010051 Hai, Quipperian! Kamu pasti sudah pernah mendengar nama kerajaan terkenal satu ini. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Bahkan, pada masanya, Kerajaan ini menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Yuk, temukan informasi lebih dalam tentang kerajaan ini. Sebesar apa ya pengaruh kerajaan ini di masa lalu? Let’s check this out! Letak Kerajaan Sriwijaya Source Ada argumen tentang letak kerajaan. Pertama, diduga kerajaan ini terletak di Palembang. Ada pula yang menyebutkan bahwa kerajaan ini terletak di Jambi. Bisa jadi, karena corak kerajaan berupa kerajaan maritim, maka kerajaannya pun memiliki pusat kekuasaan yang berpindah-pindah. Akhirnya, lebih banyak diyakini bahwa lokasi Kerajaan Sriwijaya diperkirakan terletak di sekitar muara Sungai Musi, Sumatra Selatan. Lokasi ini sangat strategis, lho, karena merupakan daerah lintasan pelayaran serta perdagangan Asia Timur dan Asia Selatan. Letaknya ini membuat perdagangan berlangsung dengan ramai, hingga akhirnya menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara dengan menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. Tokoh Berpengaruh di Kerajaan Sriwijaya Source Meskipun terletak di Sumatra, kerajaan ini berhubungan erat dengan Jawa karena relasi raja-raja yang berkuasa. Pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Awalnya, sang raja sedang melakukan perjalanan suci yang disebut siddhayatra menggunakan perahu dengan membawa pasukan sebanyak hingga orang. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil mengembangkan kerajaan dari Sumatra hingga ke Semenanjung Malaysia. Pusat kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sempat berpindah ke Mataram, Jawa Tengah, pada kekuasaan Raja Dharanindra. Lalu, terdapat Raja Samaratungga, yang belum diketahui secara pasti apakah ia merupakan anak atau cucu dari Dharanindra. Raja Samaratungga tidak menyukai perang dan berfokus pada pemerintahan kerajaan. Pembangunan Candi Borobudur diselesaikan oleh Raja Samaratungga, lho! Pada masa kepemimpinan raja kesepuluh, Raja Balaputradewa, kerajaan ini berhasil meraih kejayaannya. Ia membawa kerajaan meninggalkan hubungan dengan Jawa dan lebih memilih berfokus pada perdagangan di Melayu. Kita mengetahui bahwa kerajaan ini telah melaksanakan perdagangan internasional. Nah, dalam perdagangan tersebut, rakyat sudah mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa perdagangan saat itu, yakni bahasa Melayu Kuno. Kehidupan di Era Kerajaan Sriwijaya Source Kita mengetahui bahwa Kerajaan Sriwijaya menguasai dua selat di Nusantara. Nah, kerajaan ini juga mampu menciptakan kapal-kapal canggih pada masa itu hingga dapat menguasai perdagangan rempah-rempah dunia selama setengah abad, Quipperian. Dengan status internasionalnya, enggak heran, ada banyak sekali negara yang berhubungan dengan kerajaan ini, misalnya China, India, Burma, Kamboja, Persia, Arab, dan Afrika. Wah, keren ya! Yang pasti, kegiatan pelayaran dan perdagangan ini dijaga dengan ketat oleh kerajaan dengan menyusun angkatan laut kerajaan. Dalam rangka memperluas wilayahnya, kerjaan ini melancarkan serangan pada kerajaan-kerajaan lain, di antaranya Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga Holing. Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran karena serangan dari kerajaan lain, seperti Kerajaan Dharmawangsa, Kerajaan Colamandala, Kerajaan Melayu, dan Kerajaan Singosari. Kerajaan-kerajaan kecil yang awalnya ada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya juga mulai melepaskan diri, pun ditinggalkan oleh para pedagang. Puncaknya, di hancurkan oleh serangan dari Kerajaan Majapahit di tahun 1337. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Dengan luas wilayah kerajaan yang tidak main-main, tidak heran peninggalan Kerajaan Sriwijaya pun tersebar sangat luas. Berikut beberapa peninggalan dari kerajaan ini 1. Prasasti Telaga Batu Source Prasasti ini berisikan dengan kutukan-kutukan bagi mereka yang menolak melakukan perintah dari raja, pengkhianat, hingga mata-mata dari kerajaan lain. 2. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti ini memiliki informasi tentang Raja Dapunta Hyang. 3. Prasasti Ligor Source Prasasti yang ditemukan di Thailand ini memiliki informasi tentang kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di Ligor. 4. Prasasti Nalanda Prasasti yang ditemukan di India ini mencatat nama Raja Balaputradewa sebagai raja yang mendukung kegiatan pembelajaran agama Buddha di India. 5. Candi Muara Takus Source Candi yang dibangun oleh Raja Sri Culamaniwarman ini ialah sebagai bentuk hadiah dan kesetiaan pada Kekaisaran China yang dianggap sebagai pelindung Kerajaan Sriwijaya. Gimana, Quipperian? Apakah kamu masih punya pertanyaan yang belum terjawab tentang kerajaan ini? Temukan informasi lengkapnya di Quipper Video, ya. Kamu bisa belajar bareng pengajar profesional dengan rangkuman lengkap, video penjelasan, dan ribuan contoh soal! [spoiler title=SUMBER] Penulis Evita kekuasaanini, mendorong perekonomian kerajaan menjadi maju. Selain Dapunta Hyang, Sriwijaya pernah dipimpin oleh Raja Balaputradewa yang merupakan keturunan Dinasti Syailendra. Di bawah kepemimpinan Balaputradewa, Sriwijaya menjadi kerajaan yang sangat berjaya. Pada abad ke-7 M, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai jalur perdagangan di
Ilustrasi kerajaan Sriwijaya PexelsSebelum mengalami keruntuhan, dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya cukup terasa bagi geo politik Nusantara di era kerajaan Hindu Budha saat situs prasasti Kedukan Bukit yang dapat dijuluki sebagai prasasti Proklamasi Kerajaan Sriwijaya menjadi tonggak pertama berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya resmi ditegakkan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 Dampak Kemunduran Kerajaan SriwijayaKerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara. Namun, pada abad ke-11 Masehi, kerajaan ini mengalami kemunduran. Ini dia berbagai dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya bagi geo politik Nusantara1. Perubahan Peta PolitikKemunduran kerajaan Sriwijaya berdampak pada perubahan peta politik di Nusantara. Dengan hilangnya pengaruh Sriwijaya, kerajaan-kerajaan lainnya mulai bersaing untuk menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh ini memicu konflik dan persaingan antar kerajaan yang ada di Nusantara pada saat Hilangnya Pusat KebudayaanSriwijaya dikenal sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan pada masa lampau. Dengan kemunduran Sriwijaya, hilangnya pusat kebudayaan ini berdampak pada hilangnya arus kebudayaan dan pengetahuan di ini berdampak pada kehilangan identitas budaya dan kebudayaan yang menjadi ciri khas Hilangnya Pusat PerdaganganSriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan di Nusantara pada masa lampau. Dengan kemunduran Sriwijaya, hilangnya pusat perdagangan ini berdampak pada hilangnya jaringan perdagangan di ini berdampak pada menurunnya pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di Rentannya Nusantara terhadap Serangan AsingKerajaan Sriwijaya dikenal memiliki kekuatan militer yang kuat pada masa lampau, sehingga melindungi Nusantara dari serangan kemunduran Sriwijaya, rentannya Nusantara terhadap serangan asing menjadi Berubahnya Dinamika Kekuasaan di NusantaraKemunduran kerajaan Sriwijaya berdampak pada perubahan dinamika kekuasaan di Nusantara. Sebelumnya, Sriwijaya merupakan kerajaan yang kuat dan mempengaruhi kebijakan dan keputusan politik di dengan kemunduran Sriwijaya, kekuasaan berpindah kepada kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara. Hal ini membuat dinamika kekuasaan di Nusantara menjadi lebih beragam dan keseluruhan, dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya cukup terasa bagi geo politik Nusantara pada masa lampau. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda mengenai sejarah kerajaan besar Nusantara yang pernah ada.

Petawilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya .

Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan kerajaan sriwijaya - Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar di Asia Tenggara yang berdiri sekitar abad ke-7 hingga abad ke-13. Kekuasaan Sriwijaya sangat berpengaruh dalam perkembangan sejarah dan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara pada masa itu. Beberapa pengaruh dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya antara lainKepemimpinan maritim Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kekuatan maritim yang sangat kuat pada masa itu. Kekuasaan maritim ini memungkinkan kerajaan untuk mengendalikan perdagangan laut di wilayah Asia Tenggara dan menjadi pusat perdagangan antara India, Tiongkok, dan negara-negara di wilayah agama Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha yang memiliki pengaruh besar dalam penyebaran agama Buddha di wilayah Asia Tenggara. Kerajaan ini menjadi pusat pengajaran agama Buddha dan memainkan peran penting dalam perkembangan seni dan budaya Buddha di wilayah politik Kekuasaan politik Kerajaan Sriwijaya juga sangat besar. Kerajaan ini mampu mengendalikan beberapa wilayah di Asia Tenggara dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, bagian dari Kalimantan, dan wilayah-wilayah kecil di Filipina dan Thailand. Wilayah kekuasaan ini membentang dari Teluk Benggala di timur hingga Selat Malaka di barat dan dari Pegunungan Barisan di utara hingga Kepulauan Natuna di Sriwijaya didasarkan pada sistem pemerintahan monarki yang dipimpin oleh seorang raja atau Maharaja. Kekuasaan ini juga didukung oleh sistem perdagangan yang maju dan kekuatan militer yang wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada saat itu didasarkan pada beberapa faktor, seperti kekuatan militer yang kuat, sistem perdagangan maritim yang maju, dan kepemimpinan yang efektif. Kerajaan Sriwijaya juga mampu mengembangkan jaringan kerja sama dan aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain di wilayah Asia Tenggara untuk memperkuat pengaruh dan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, bagian dari Kalimantan, dan wilayah-wilayah kecil di Filipina dan Thailand. Wilayah kekuasaan ini membentang dari Teluk Benggala di timur hingga Selat Malaka di barat dan dari Pegunungan Barisan di utara hingga Kepulauan Natuna di Sriwijaya memiliki beberapa raja yang berkuasa selama masa kejayaannya. Beberapa raja terkenal dari Kerajaan Sriwijaya antara lainDapunta Hyang Sri Jayanasa abad ke-7 Raja pertama Sriwijaya yang terkenal sebagai pendiri kerajaan Indrawarman abad ke-7-8 Raja Sriwijaya yang dikenal sebagai penguasa besar dengan kebijaksanaan dalam menjalin hubungan dengan negara-negara abad ke-9 Raja Sriwijaya yang terkenal sebagai tokoh penting dalam sejarah kebudayaan abad ke-10 Raja Sriwijaya yang terkenal karena kebijaksanaannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Udayadityavarman II abad ke-11-12 Raja Sriwijaya yang terkenal karena kebijaksanaannya dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan kemakmuran prasasti tertua yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya adalah Prasasti Kedukan Bukit, yang ditemukan di Sumatera Selatan pada tahun 1920. Prasasti ini berasal dari tahun 683 Masehi dan berisi tentang sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya serta raja yang memerintah pada masa itu. Prasasti ini juga menyebutkan tentang perdagangan dan hubungan kerja sama dengan negara-negara tetangga, serta kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh raja pada saat itu. Prasasti Kedukan Bukit dianggap sebagai salah satu sumber sejarah tertua dan penting tentang Kerajaan Sriwijaya.
PetaKonsep Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศรีวิชัย atau "Ṣ̄ rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara Letak Kerajaan dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan Jakarta - Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Nah, siswa sudah tahu sejarah tentang berdirinya kerajaan sriwijaya hingga masa keruntuhannya belum?Mengutip dari buku yang bertajuk Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia karya Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha bercorak maritim yang mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka. Perlu diketahui bahwa kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan Jawa, sebab relasi raja-rajanya berasal dari Buddha ini bahkan sempat menjadi simbol kebesaran Sumatra pada masa lampau. Kebesarannya disebut-sebut dapat mengimbangi Kerajaan Majapahit di Berdirinya Kerajaan SriwijayaKerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapuntahyang Sri Jayanasa. Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, kisah pendirian kerajaan ini merupakan salah satu bagian yang sulit dipecahkan oleh peneliti. Sebab dalam sumber-sumber yang ditemukan tidak ada struktur genealogis yang tersusun rapi antar raja Kedukan Bukit 682 Masehi menyebutkan nama Dapunta Hyang, dan prasasti Talang Tuo 684 Masehi memperjelasnya menjadi Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kedua prasasti ini adalah penjelasan tertua mengenai seseorang yang dianggap sebagai raja atau pemimpin Prasasti Kedukan Bukit juga menceritakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan dengan memimpin 20 ribu tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan daerah-daerah yang strategis untuk perdagangan sehingga Kerajaan Sriwijaya menjadi prasasti Kota 686 M di Pulau Bangka, Sriwijaya diperkirakan telah berhasil menguasai Sumatera bagian selatan, Bangka dan Belitung, bahkan sampai ke ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa bahkan mencoba untuk melancarkan ekspedisi militer menyerang Jawa yang dianggap tidak mau berbakti kepada maharaja ini terjadi pada waktu yang kurang lebih bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kerajaan Holing Kalingga di Jawa Tengah yang bisa saja terjadi karena serangan yang dilancarkan oleh Letak Kerajaan SriwijayaLetak pasti kerajaan ini masih banyak diperdebatkan. Namun, pendapat yang cukup populer adalah yang dikemukakan oleh G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di dengan saat ini, Palembang masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya. Beberapa ahli berkesimpulan bahwa Sriwijaya yang bercorak maritim memiliki kebiasaan untuk berpindah-pindah pusat para ahli ada yang menyimpulakan bahwa Sriwijaya berpusat di Kedah, kemudian Muara Takus, hingga menyebut kota Raja-raja Kerajaan Sriwijaya Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya bahwa struktur genealogis raja-raja Sriwijaya banyak terputus dan hanya didukung bukti-bukti yang dianggap kurang ini adalah nama-nama raja Kerajaan Sriwijaya yang sedikit banyak disepakati oleh para ahli setelah masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Sri Indrawarman- Raja Dharanindra- Raja Samaratungga- Rakai Pikatan- Balaputradewa- Sri Udayadityawarman- Sri Culamaniwarman atau Cudamaniwarmadewa- Sri Marawijayatunggawarman- Sri Sanggramawijayatunggawarman4. Masa Kejayaan Kerajaan SriwijayaRaja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya pada abad ke-8 dan 9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan yang gemilang sampai ke generasi Sri ini disebabkan raja-raja setelah Sri Marawijaya sudah disibukkan dengan peperangan melawan Jawa pada 922 M dan 1016 M. Dilanjutkan dengan melawan Kerajaan Cola India pada tahun 1017 hingga 1025 Raja Sri Sanggramawijaya berhasil masa kekuasaan Balaputradewa sampai dengan Sri Marawijaya, Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara India dan Cina. Selain itu, seperti yang dilansir dari buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo, mereka berhasil memperluas kekuasaannya hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, Malaysia, Singapura, Thailand menjaga keamanan itu, Sriwijaya membangun armada laut yang kuat. Sehingga kapal-kapal asing yang ingin berdagang di Sriwijaya merasa aman dari gangguan perompak. Hingga lambat laun, Sriwijaya berkembang menjadi negara maritim yang Runtuhnya Kerajaan SriwijayaKebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak abad ke-11. Berawal dari serangan besar-besaran yang dilakukan oleh Raja Rajendra Coladewa dari kerajaan Cola yang berhasil menawan salah satu raja Sriwijaya dari buku Sejarah karya Nana Supriatna, kemudian pada abad ke-13, salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya, Kerajaan Malayu, berhasil dikuasai Singasari, kerajaan dari Jawa yang dipimpin oleh Kertanegara. Melalui Ekspedisi Pamalayu, Kertanegara berhasil menjalin hubungan baik dengan Kerajaan itu, Kerajaan Sriwijaya mulai lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah negara taklukannya menjalin hubungan dengan negara saingan di kelemahan ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand di bawah Raja Kamheng. Wilayah Sriwijaya di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga Selat Malaka bisa dikontrol. Akhir abad ke-14, Sriwijaya benar-benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari itulah 5 fakta sejarah Kerajaan Sriwijaya yang wajib dipahami siswa. Semoga bermanfaat ya! Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] rah/pay BuktiSejarah Kerajaan Sriwijaya. Bukti pertama sejarah Sriwijaya dari berita Arab yang menerangkan jika pedagang Arab telah melakukan perdagangan dengan Sriwijaya Indonesia. Dengan kondisi ini telah di temukan perkampungan orang Arab ketika masa itu. Sedangkan ditempat lainnya, berita dari India telah menyebutkan jika Sriwijaya pernah ada Pada kesempatan kali ini akan membahas tentang kerajaan sriwijaya atau disebut juga Srivijaya yang menjadi salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di nusantara tepatnya di palembang pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara. Dalam bahasa Sanskerta, sri memiliki arti “bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya memiliki arti “kemenangan” atau “kejayaan”. Sriwijaya berarti “kemenangan yang gilang-gemilang”. kerajaan sriwijaya Lokasi Kerajaan SriwijawaSumber Sejarah Kerajaan SriwijayaPeninggalan Kerajaan SriwijayaStruktur Pemerintahan SriwijayaPerdagangan Kerajaan SriwijawaSejarah dan Agama Kerajaan SriwijayaShare thisRelated posts Lokasi Kerajaan Sriwijawa Daerah kekuasaan sriwijaya berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. Menurut Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka 683 M, Kadatuan Sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi. peta kerajaan sriwijawa Bukti mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7 yaitu seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia berkunjung ke Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga ada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya kepada daerah bawahannya menyusut karena terjadi beberapa peperangan, diantaranya yaitu tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, kemudian tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Setelah keruntuhannya, kerajaan sriwijaya terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali melalui publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient Sumber dari dalam negeri Sumber dari dalam negeri berupa Prasasti yang berjumlah 6 buah yang memakai bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, dan sudah menggunakan angka tahun Saka. a. Prasasti Kedukan Bukit b. Prasasti Talang Tuo c. Prasasti Telaga Batu Sumber-sumber dari luar negeri a. Prasasti Ligor b. Prasasti Nalanda Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Kerajaan yang besar dan maju seperti sriwijaya tentunya akan meninggalkan jejak seperti halnya prasasti, berikut adalah beberapa peninggalan kerajaan sriwijaya prasasti kota kapur prasasti ligor prasasti palas pasemah prasasti hujung langit prasasti telaga batu prasasti kedukan bukit Prasasti Talang Tuwo Prasasti Leiden Prasasti Berahi Candi Muara Takus Candi Muaro Jambi Candi Bahal Gapura Sriwijaya 1 . Prasasti Kota Kapur prasasti kota kapur Prasasti Kota Kapur merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat. ditulis dengan bahasa Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Prasasti kota kapur ditemukan oleh Van der Meulen tahun 1892 dengan isi yang menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah dari kekuasaan Raja Sriwijaya. 2 . Prasasti Ligor Prasasti Ligor Prasasti Ligor ditemuan di Nakhon Si Thammarat, wilayah Thailand bagian Selatan yang mempunyai pahatan di kedua sisinya. Pada bagian sisi pertama diberi nama Prasasti Ligor A atau manuskrip Viang Sa, di sisi lainya merupakan Prasasti Ligor B yang kemungkinan besar dibuat oleh raja dari wangsa Sailendra 3 . Prasasti Palas Pasemah Prasasti Palas Pasemah ditemui pada pinggiran rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Di ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno aksara Pallawa dan terdiri dari 13 baris tulisan. Isi dari prasasti palas pasemah menjelaskan tentang kutukan dari bagi orang yang tak ingin tunduk dengan kekuasaan Sriwijaya. Dilihat dari aksara, Prasasti Palas Pasemah ini berasal dari abad ke-7 Masehi. 4 . Prasasti Hujung Langit Prasasti Hujung Langit merupakan salah satu Prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di sebuah desa bernama Desa Haur Kuning, Lampung dan juga ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Isi prasasti hujung langit tidak terlalu jelas karna kerusakan yang terjadi sudah cukup banyak, namun diperkirakan berasal dari tahun 997 Masehi dan isinya tentang pemberian tanah Sima. 5 . Prasasti Telaga Batu prasasti telaga batu ditemukan pada kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang tahun 1935 dan berisi tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedaulatan Sriwijaya dan kini disimpan pada Museum Nasional Jakarta. 6 . Prasasti Kedukan Bukit prasasti kedukan bukit Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tanggal 29 November 1920 oleh M. Batenburg di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, Tepatnya di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. 7 . Prasasti talang tuwo prasasti talang tuwo Prasasti Talang Tuwo ini berisi tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran Budha yang digunakan masa Sriwijaya kala itu dan merupakan aliran Mahayana dan ini dibuktikan dengan penggunaan kata khas aliran Budha Mahayana seperti Vajrasarira, Bodhicitta, Mahasattva serta annuttarabhisamyaksamvodhi. Leiden Prasasti Leiden ditulis pada lempengan tembaga dalam bahasa Sansekerta dan Tamil. Saat ini Prasasti Leiden ada di museum Belanda dengan isi menceritakan tentang hubungan baik dari dinasti Chola dari Tamil dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya, india Selatan. 9 . prasasti berahi prasasti berahi Prasasti Berahi ditemukan oleh Kontrolir Berhout pada tahun 1904 di tepi Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi. prasasti ini berisi tentang kutukan untuk mereka yang melakukan kejahatan dan tidak setia dengan Raja Sriwijaya. 10. candi muara takus candi muara takus Candi Muara Takus ada di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia dan dikelilingi dengan tembok 74 x 74 meter yang terbuat dari batu putih dengan ketinggian lebih kurang 80 cm. Struktur Pemerintahan Sriwijaya Masyarakat Sriwjaya begitu amat majemuk dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan satu negara kesatuan pada dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, bisa diketahui dari beberapa prasasti yang mengandung berbagai informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi. Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan pada lingkaran raja terdapat yuvarāja putra mahkota pratiyuvarāja putra mahkota kedua rājakumāra pewaris berikutnya. Prasasti Telaga Batu menyebutkan berbagai jabatan pada struktur pemerintahan kerajaan masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan juga berbagai jabatan dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya. Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya begitu luas hingga dibagi menjadi dua. Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni yuvarāja putra mahkota, pratiyuvarāja putra mahkota kedua. Maka dari Ahmad Jelani Halimi profesor di Universiti Sains Malaysia mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua. Perdagangan Kerajaan Sriwijawa Di dunia perdagangan, Sriwijaya adalah pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya mempunyai aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang mampu membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini sudah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk bisa berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India. Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan menjaga monopoli perdagangan ini yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing pada kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya merupakan beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya. Sejarah dan Agama Kerajaan Sriwijaya Didirikan pada abad ke 7 masehi. Kerajaan Sriwijaya menganut kepercayaan Agama Budha yang ada di Sumatra Selatan. Bukti Sejarah Kerajaan Sriwijaya terus berkembang hingga abad ke 14 masehi. Historiografi Sriwijaya diperoleh serta disusun dari dua macam sumber utama yaitu; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang sudah ditemukan dan diterjemahkan. Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Ching menjadi sangat penting, terutama dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun 671. Kumpulan prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau Bangka juga menjadi sumber sejarah primer yang penting. Di samping itu, kabar-kabar regional yang beberapa mungkin mendekati kisah legenda, seperti Kisah mengenai Maharaja Javaka dan Raja Khmer juga memberikan sekilas keterangan. Kemudian beberapa catatan musafir India dan Arab juga menjelaskan secara samar-samar mengenai kekayaan raja Zabag yang menakjubkan. Demikianlah penjelasan tentang kerajaan sriwijaya, Semoga bermanfaat Baca Juga 8tGGMQ.
  • hzy19uxkci.pages.dev/70
  • hzy19uxkci.pages.dev/301
  • hzy19uxkci.pages.dev/147
  • hzy19uxkci.pages.dev/74
  • hzy19uxkci.pages.dev/17
  • hzy19uxkci.pages.dev/515
  • hzy19uxkci.pages.dev/309
  • hzy19uxkci.pages.dev/210
  • peta pengaruh kekuasaan kerajaan sriwijaya